Selasa, 31 Maret 2015
Tidak terasa yah, akhirnya kita kuliah juga. Masih ingatkan, setahun yang lalu kita masih memakai baju putih abu-abu, bimbang memilih jurusan kuliah, " dag dig dug " menghadapi Ujian Nasional, berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari. Aku ingat betul, sahabatku Nurfariski ini yang paling galau memilih jurusan, Ia tidak pernah mantap pada satu pilihan, hari ini bilang " A " besoknya bilang " Aduh gimana yah kalau nanti saya masuk kesitu, nanti ini itu bla bla bla bla ". Heheh tetapi akhirnya mantap juga kuliah Administrasi Bisnis Terapan di PNJ. Alhamdulillah.
Lain halnya sahabatku yang satu ini. Laili Inabah, siswi paling cerdas bila berbicara konsep matematika, tetapi teledor ketika menghitung hal-hal yang simpel. Seingatku, Ia enggan bila ditanya mau lanjut kemana, ia hanya mau cerita pada orang-orang tertentu saja, syukurlah saya mungkin termasuk dalam orang-orang tersebut. Jawaban dia selalu sama " Insha allah kuliah, doakan saja ". Aku tahu, jawabannya ini agar terhindar dari sikap sombong, tidak mau terlalu percaya diri, dan menghindari sakit hati yang berlebih bilamana gagal. Aku berharap besar pada dia bilamana sudah menjadi guru dapat memberikan pemahan kepada muridnya tentang pentingnya karakter dan kecintaan kepada bangsa. Mencetak generasi-generasi yang punya semangat membangun negeri ini. Ingat, satu orang pemimpin bisa menyejahterakan jutaan orang, tetapi lebih hebat seorang guru yang dapat mencetak ribuan pemimpin.
Oh iyah, ingat tidak kita pernah berjanji bilamana sukses nanti akan membantu adik-adik kelas IPS lanjut kuliah. Entah itu dengan uang, ilmu atau mungkin sekedar motivasi. Janji itu bukankah ada asal usul ceritanya yah?. Hal ihwalnya begini, aku sekedar mengingatkan. Kita sepakat untuk kuliah, namun, banyak sekali hambatan dan rintangannya. Kita butuh bimbingan dan motivasi yang lebih, beruntung bagi yang orang tuanya diberi rezeki lebih bisa ikut bimbel di lembaga-lembaga ternama.
Tetapi, bagi kami biaya bimbel teramat sangat berat saat itu. Kita akhirnya melobi guru-guru untuk mengajari kami diluar jam belajar namun gagal karena pertimbangan satu dan lain hal yang tidak memungkinkan.
Harapan itu akhirnya ada, ketika kami diperbolehkan belajar dirumahnya Pak Agus, guru fisika yang paling menginspirasi saya sekalipun hanya dua kali diajari olehnya. Di rumah Pak Agus kita belajar secara maraton, dari sabtu sore hingga minggu siang. Jujur, bagi saya yang menghabiskan lebih dari separuh waktu dalam sehari untuk organisasi, cara belajar seperti ini sangat berat dijalani. Terlebih lagi saya dan teman-teman tidak cukup banyak mengerti tentang dasar-dasar matematika dan akuntansi. Aku kurang begitu ingat, berapa tepatnya anak IPS yang ikut bimbel di rumah Pak Agus waktu itu, sekitar 10 orang kalau tidak salah. Yang pasti, jumlah itu kian hari kian berkurang. Pada akhirnya kita menyerah di semester pertama kelas tiga.
Meskipun hanya sampai satu semester kami belajar di rumah Pak Agus, namun manfaatnya begitu terasa. Manfaat utama sebenarnya adalah terus tumbuhnya motivasi untuk kuliah. Terpacu agar tidak mau kalah dengan semangat anak-anak IPA, tergerak untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Aku teringat ucapan kakak kelasku di SMA yang juga belajar di rumah Pak Agus, Qoid Filayati namanya " Belajar di Pak Agus itu, tidak membuat kalian tambah pintar namun menambah motivasi kalian untuk terus belajar". Super sekali bukan?.
Banyak yang meragukan langkah kami untuk bimbel di rumah Pak Agus ini. Bahkan salah seorang guru yang tidak akan aku sebut namanya bilang " Kalian sebenarnya telat ikut bimbel ". Ah sudahlah, mengingat masa lalu yang kurang mengenakan tidaklah baik, kita telah membuktikan bisa kuliah meski telat ikut bimbel. Selanjutnya, kita akan buktikan bahwa kita bisa sukses dengan jurusan yang kita tekuni sekarang.
Sekian dulu sahabat, teramat sangat banyak cerita yang sayang kalau tidak diceritakan.Nanti aku sambung lagi. Tuhan mencintai kalian.
Senin, 17 November 2014
Awalnya dateng ke Book Fair di Senayan cuma buat ngerjain tugas. Beli buku, wawancara, resensi, udah pulang lagi. Tapi pas denger Najwa Shihab mau dateng ba'da maghrib saya jadi excited banget ckckckck :-D. Kebetulan juga dia datang dalam acara bedah buku yang menceritakan dirinya. Yappsss tak mau saya buang kesempatan ini. Saya tunggu mbak Nana dateng, yahh sekitar 6 jamlah nunggu heheheh. Dan akhirnyaaaaa ........................
Sabtu, 11 Oktober 2014
Rabu, 08 Oktober 2014
Kamis, 25 September 2014
Politeknik Negeri Media
Kreatif merupakan perguruan tinggi negeri khusus untuk menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang siap terjun ke dunia
industri kreatif. Mengusung semboyan “ Where The Innovation Grows “ POLIMEDIA
terus berusaha mencetak kreator-kreator muda yang dapat bersaing di industri
kreatif. Terletak di Kelurahan Srengseng
sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, kampus ini terbilang muda karena
baru ada 7 angkatan.
Awalnya, POLIMEDIA
adalah Pusat Grafika Indonesia atau disingkat PUSGRAFIN. Didirikan kala itu tanggal 26 April 1969 atas
kerjasama Pemerintah Indonesia dengan negeri Belanda. PUSGRAFIN menjadi pusat
grafika terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dimana industri kreatif mulai dirilirik sebagai penghasil devisa
negara dan menjadi salah satu upaya meningkatkan ekonomi masyarakat, PUSGRAFIN
di revitalisasi menjadi POLIMEDIA. Dengan revitalisasi PUSGRRAFIN menjadi POLIMEDIA
pada tahun 2008 ini diharapkan dapat mendukung upaya pertumbuhan
industri-industri kreatif di Indonesia.
POLIMEDIA memiliki
lahan yang terbilang sempit, oleh karenanya tata letak bangunan di desain
se-efektif mungkin. Tower Polimedia misalnya, menjulang tinggi keatas dengan
sepuluh lantai, satu Hall di lantai dasar dan dua ruang bawah tanah yang
dijadikan lahan parkir menjadikan
bangunan ini multifungsi. Mahasiswa maupun dosen tak perlu khawatir dengan
tingginya Tower Polimedia karena ada elevator yang siap membawa mereka naik ke
atas. Beberapa bagian bangunan di POLIMEDIA mampu merepresentasikan kampus ini
sebagai kampus kreatif, misalnya saja pada basman yang dindingnya dipenuhi oleh
graviti-graviti cantik. Tiang-tiang penyangga tower dijadikan tempat memposting
karya-karya photografi.
Di samping kanan Tower
Polimedia yang berwarna biru terdapat masjid yang sudah ada sejak POLIMEDIA
bernama Pusat Grafika Indonesia. Atapnya
yang berbentuk punden berundak serta dominasi ukiran kayu berwarna coklat
membuat masjid ini kental sekali dengan sentuhan tradisional. Kubah bulat
diatas disertai lambang bulan bintang seperti yang ada di timur tengah
berkontribusi dalam mencirikan
arsitektur Islamnya. Selain untuk kegiatan ibadah, masjid ini juga digunakan
sebagai Taman Pendidikan Al-Quran oleh Ikatan Mahasiswa Islam Polimedia (IMIP)
yang mengajari anak-anak warga sekitar
belajar Al-Quran.
Gedung A POLIMEDIA
memiliki perpustakaan yang nyaman dilengkapi dengan beberapa komputer yang
ditempatkan pada meja berbentuk melingkar. AC yang sejuk membuat pengunjung
betah berlama-lama di perpustakaan untuk sekedar membaca buku atau berdiskusi
dengan teman sebaya maupun dosen. Dinding samping yang hanya dibatasi dengan
kaca membuat cahaya matahari dapat sepenuhnya masuk ke dalam perpustakaan, hal
ini tentu saja dapat menghemat pemakaian listrik. Dominasi warna orange membuat kita merasa
memasuki ruangan yang berbeda dengan ruangan-ruangan lain yang ada di POLIMEDIA.
Yah, memang disinilah keunikan POLIMEDIA dimana ruangan-ruangan di desain
dengan gayanya masing-masing.
Sudah lebih dari dua minggu saya kuliah. Belum ada satupun UKM yang " ngeh " dengan hati saya, padahal UKM disini cukup bagus, banyak diantaranya yang lebih menonjolkan unsur kreativitas seperti komunitas pecinta seni, komunitas pembuat film dan sebagainya. Belum ada satupun kegiatan yang entah itu dilakukan UKM,BEM maupun MPM yang menumbuhkan minat saya.
Saya bertanya tanya mengapa tiba-tiba begini ? Bukankah saya suka hidup berorganisasi sejak SMP ? Belakang saya ingat ketika guru matematika saya menggambar sebuah kurva yang melengkung. Ketika saya SMP garis kurva tersebut masih dibawah, naik dan naik keatas. Pada saat saya SMA, garis kurva tersebut masih naik sampai pas pada titik tertinggi yang membuatnya tidak punya pilihan lain kecuali melengkungkan diri ke bawah. Ini yang nampaknya menjadi hal ihwal mengapa " passion ' saya terhadap organisasi menjadi " down " . Saya sendiri adalah pengagum Bung Karno sosok pemimpin yang visionaris. " Manusia besar selalu dengan gagasan-gagasan besar " itulah kata-kata yang saya kutip dari sebuah buku asal Amerika Serikat.
Kebosanan tampaknya menjadi alasan yang relevan terhadap cerita saya diatas. Selama enam tahun, saya telah menggunakan hampir 80% hidup saya untuk organisasi. Saya hampir jarang merasakan liburan karena ketika SMP hari minggu adalah latihan ekstrakulukuler. Jam setengah enam saya berangkat, jam dua belas pulang, jam setengah 3berangkat lagi untuk berlatih silat. Saya mungkin kekenyangan manis getirnya hidup berorganisasi walaupun secara substansi belum mendapatkan semua manfaatnya .
Pada alinea ini saya ingin lakukan semacam audiensi. Mungkin yang membaca ini bertanya. " Bukankah jika kita membakar kayu lalu apinya padam masih ada bara yangtersisa? Yah memang bara api itu masih ada, tetapi saya bingung apakah saya akan mengumpulkan lagi bara-bara api yang tersisa itu agar muncul lagi api yang lebih besar. Lantas dengan Iron Stok yang dimiliki dan semangat Agent of Changenya mahasiswa mengapa tidak menjadi bensin bagi kamu guna membakar lebih banyak hasrat? Seiring dengan pengalaman hidup saya menyadari bahwa untuk hidup berorganisasi dibutuhkan tim yang hebat, jauh lebih penting ketimbang memilihi pemimpin yang hebat. Ini masalahnya saya belum menemukan tim yang hebat, saya bahkan kesulitan bersosialisasi. Salah satu alasan mengapa " passion " itu tak kunjung tumbuh.
Satu pertanyaan saya, apakah kalian juga mengalami hal demikian ?
Selasa, 16 September 2014
Wahai engkau tetanggaku, sungguh Panglima TNI kami, Pemimpin kami dan segenap rakyat Indonesia tak meminta maaf dan tidak akan minta maaf kepada kalian atas apa yang dilakukan Usman, Harun dan Gani 50 tahun lalu.
Kami memperingatkan kalian agar cepat berdiri dengan kaki sendiri, bukan seperti bayi yang dituntun berjalan oleh Inggris. Federasi Malaysia hanya akan membawa penjajahan dalam bentuk baru seperti yang Presiden kami bilang " Neo Kolonialisme Inggris "
Media telah memplintir ucapan Panglima TNI Moeldoko. Entah apa maksudnya kami tak mengerti . Apa karena ingin mentertawakan integritas kami yang digoyahkan oleh intervensimu ? Apakah sebagai obat penawar atas kesedihan rakyatmu yang kembali terkuak ? Ataukah sudah kehilangan cara agar tak kehilangan wibawa di depan rakyat Singapura ?
Kami tak mengerti tetapi yang kami mengerti kami sangat menghargai kalian, tetapi tidak dengan mengubah nama Usman Harun . Kalian bilang mereka teroris tapi kami bilang mereka pahlawan yang jelang kematiannya mengangkat tangan tanda hormat melaporkan misi yang telah diperbuat.